Museum Soesilo Soedarman didirikan di Desa
Gentasari, Kecamatan Kroya, Kabupaten Cilacap, Propinsi Jawa Tengah.
Museum ini menempati Pendopo Wisma Mbah Ageng, dibangun pada tahun 1899
oleh Eyang Dipakarsa, Penatus Pertama Desa Gentasari, yang dikenal pula
sebagai Eyang Mendali, dan merupakan Eyang Buyut dari Soesilo Soedarman.
Soesilo
Soedarman lahir di Desa Nusajati, Maos, Cilacap, pada 10 Nopember 1928,
sebagai anak keempat dari 12 bersaudara, putra dari Bapak Soedarman
Wiryosoedarmo dan Ibu Soembijah. Masa kecil Soesilo Soedarman
dilewatkan di Pendopo Wisma Mbah Ageng ini. Ia tinggal bersama
kakeknya, Eyang Bona Wangsawiredja, yang juga menjabat sebagai Penatus
Desa Gentasari ini. Sedang sang ayah, Soedarman Wiryosoedarmo, adalah
Sekretaris (Carik) Desa Gentasari.
Setelah menyelesaikan
pendidikan dasar di Maos-Cilacap, Soesilo Soedarman melanjutkan
pendidikan Taman Siswa di Yogyakarta, dan menjadi salah satu murid Ki
Hadjar Dewantara. Usai menamatkan pendidikan Sekolah Menengah, dan
sesuai panggilan jamannya untuk berjuang mempertahankan Negara Republik
Indonesia yang baru merdeka, Soesilo Soedarman masuk pendidikan Akademi
Militer Yogyakarta Angkatan I (1945-1948) dan dilantik sebagai Perwira
berpangkat Letnan Dua, oleh Presiden RI, Ir.Soekarno, pada 28 Nopember
1948 di Gedung Agung, Yogyakarta, termasuk salah satu Lulusan Terbaik
MA-Yogya.
Ia ikut diberbagai operasi militer dan operasi gerilya,
baik semasa Taruna MA-Yogya maupun saat menjadi Perwira Remaja, sampai
pada Penyerahan Kedaulatan RI, Tahun 1949. Medan Palagan yang
diikutinya, termasuk di wilayah Priangan Utara, Operasi Penumpasan
Pemberontakan PKI-Madiun 1948, serta Operasi Perang Kemerdekaan II di
wilayah sekitar Yogyakarta, bergabung dalam kesatuan Sub-Werkhreise 104,
Werkhreise III.
Soesilo Soedarman menikah dengan Widaningsri,
putri Bapak H.Mohamad Mangundiprodjo dan Ibu Kamariatun, pada 15 April
1951 di Pendopo Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Sang Mertua, kala itu,
menjabat Bupati Ponorogo. Dari hasil perkawinan ini, Soesilo Soedarman
dikaruniai lima anak, terdiri 1 puteri dan 4 putera.
Perjalanan
karir militer Soesilo Soedarman amatlah panjang dan beragam, mencakup
penugasan di Yogyakarta, Jakarta, Bandung, Padalarang, Padang, Makassar,
Magelang, Medan, Amerika Serikat, Negeri Belanda dan Rusia. Ragam
penugasannya amat banyak, dari seorang Perwira Operasi, Komandan
Pasukan, Pendidik, Atase Pertahanan, Staff Umum, sampai menjadi seorang
Panglima Komando Wilayah Pertahanan, dengan pangkat Letnan Jenderal
TNI.
Ia meraih pangkat Jenderal TNI, Bintang Empat, pada tahun
1993, saat mejabat sebagai Menteri Koordinator Politik dan Keamanan
(Menko Polkam), Kabinet Pembangunan VI.
Selain sebagai seorang
tokoh militer Indonesia yang turut memodernisasi organisasi, sumberdaya
manusia dan alat-peralatan TNI, Soesilo Soedarman juga adalah seorang
diplomat, seorang negarawan dan seorang tokoh masyarakat. Ia memangku
jabatan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia di
negara Amerika Serikat (1985 – 1988).
Jabatan Menteri Pariwisata,
Pos dan Telekomunikasi Kabinet Pembangunan V dipangku pada kurun
1988-1993. Sedang jabatan Menteri Koordinator Politik dan Keamanan
Kabinet Pembangunan VI, merangkap Ketua Harian Dewan Kelautan Nasional,
dipangku pada kurun 1993 sampai akhir hayatnya, pada 18 Desember 1997.
Sebagai tokoh masyarakat, ia adalah juga Anggota Kehormatan Ikatan
Dokter Indonesia (IDI), Pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia
(KONI) Pusat, Pengurus Olah Raga Menembak PERBAKIN, Ketua Umum Olah Raga
Angkat Besi dan Binaraga PABBSI, serta Anggota Dewan Penyantun
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Universitas Negeri 11 Maret,
Surakarta dan Universitas Lampung. Ia juga memimpin berbagai
organisasi kemasyarakatan, seperti: Yayasan Ginjal Indonesia (YAGINA),
Sekretariat Nasional Pewayangan Indonesia (SENAWANGI), Yayasan Ki Hadjar
Dewantara, Paguyuban Werkhreise-III, Ketua Umum Persatuan Purnawirawan
dan Warakawuri ABRI (PEPABRI) dan Ketua Yayasan Seruan Eling Banyumas
(Seruling Mas).
Jenderal TNI (Purn) H.Soesilo Soedarman wafat
pada 18 Desember 1997 dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional
Kalibata Jakarta dengan Upacara Kebesaran Militer. Bendera Setengah
Tiang dikibarkan di seluruh Indonesia, selama 3 hari. Ia menyandang 25
Bintang Kehormatan, Satya Lencana dan penghargaan dari negara negara:
Indonesia, Amerika Serikat, Negeri Belanda dan Kerajaan Austria.
Sebagai manusia Indonesia yang dilahirkan dan dibesarkan di desa kecil
ini, Desa Nusajati – Gentasari, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah,
perjalanan hidup Soesilo Soedarman tentunya merupakan suatu prestasi
yang luar biasa, dan dapat dijadikan teladan bagi generasi penerus
bangsa dimasa mendatang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar